Beranda > General > Kursus Menembus Daerah Terisolasi

Kursus Menembus Daerah Terisolasi

Liputan Khusus dari Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS)

By: Irwan Putra

PKBM Sungai Lisai

Kamis,  2011 di satu Pagi Buta Bandara Soetta telah ramai oleh penumpang yang datang dan pergi, dari dan ke kota tujuan masing masing di seluruh wilayah Nusantara. Kali ini tujuan perjalanan adalah provinsi Bengkulu, wilayah pantai barat gugusan kepulauan sumatera tepat berhadapan dengan samudra indonesia. Perjalanan kali ini selain melaksanakan tugas peliputan, termasuk juga dalam bagian visitasi terhadap lembaga Paudni yang berencana melaksanakan program bantuan sosial di daerah khusus (PKH-DK) pada tahun 2011

Pesawat yang akan kami tumpangi adalah Sriwijaya Air yang berangkat langsung menuju Bengkulu pada pukul 08:50. Rencananya di pesawat mau tidur saja agar sesampainya di bengkulu cukup energi untuk meneruskan perjalanan menuju lokasi. Ternyata rencana tidak berjalan dengan mulus, berhubung kami satu tempat duduk dengan seorang pejabat dari kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Adalah Bapak Zulkarnain Kepala Bapeda Kabupaten Rejang Lebong. Berikut dialog selama penerbangan menuju bengkulu antara Irwan Putra (IP) dan Bapak Zulkarnain (ZK) ZK: Perjalanan dari mana mas, apakah berdomisili di Bengkulu, IP: Oh, tidak Pak, saya

Tempat Belajar Mengajar

bertempat tinggal di Jakarta, kebetulan ada tugas ke Bengkulu. ZK: Tugas dari mana dan kemana sasarannya, IP: dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Ditjen PAUDNI Kemdiknas RI, kami berencana akan ke Desa Sungai Lisai, Kabupaten Lebong, disamping akan melihat lokasi secara langsung dan beramah-tamah dengan warga Sungai Lisai, kami juga akan melakukan liputan kondisi pendidikan masyarakat Sungai Lisai. Desa ini melalui sebuah PKBM berencana akan menyelenggarakan Pendidikan Kecakapan Hidup untuk Daerah Khusus (PKH-DK) dengan program keterampilan Anyaman Rotan.

 

ZK: Oh daerah itu jauh mas, jauh sekali. Saya kira daerah itu harus ditempuh dengan berjalan kaki dari desa sebelat ulu. Tadinya daerah itu masuk kabupaten Rejang Lebong, tapi kemudian berdiri sendiri menjadi Kabupaten Lebong, walapuan saya pernah bertugas di Lebong tapi saya belum pernah kesana.

Yeah, itu adalah percakapan yang mengawali perjalanan ke Desa Sungai Lisai kemarin, kami merasa momen ini menjadi penting karena daerah tujuan kali ini termasuk daerah yang sulit untuk ditembus, pada mulanya daerah ini dalam peta nasional, masuk kedalam wilayah pemerintahan kabupaten merangin provinsi Jambi, namun kemudian pada akhirnya berpindah tangan kewilayah pemerintahan provinsi bengkulu.


Mendarat di Bandara Fatmawati Bengkulu, Jasa Travel telah menunggu untuk mengantarkan kami menuju kecamatan Muara Aman kabupaten Lebong. Bisa cerita tentang tujuan kita, demikian pertanyaan pembuka yang saya ajukan kepada pengemudi “Ya pak sekedar info bengkulu ke kabuaten lebong itu maksimal 5 jam pak, trus ke lokasi PKBM yang bapak maksudkan itu bermotor 1,5 jam pak trus nggak bisa lagi bermotor harus jalan kaki pak 4 jam pak sekedar gambaran pak memang ini daerah khusus ini pak ha..ha..ha..walaupun saya belum pernah kesana, tapi saya sering dengar dari masyarakat disekitar Muara Aman” Demikian penjelasan sopir jasa travel ini kepada Saya

Desa Sungai Lisai

Rumah Penduduk

Disebutkan, Desa Sungai Lisai baru bergabung dengan Kabupaten Lebong akhir tahun 2008. Sebelumnya, desa yang terbentuk sejak tahun 1967 itu masuk ke dalam wilayah Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Mereka memutuskan bergabung dengan Lebong, karena jaraknya lebih dekat dibandingkan ke Merangin yang harus ditempuh dengan berjalan kaki selama dua hari. Selama lebih dari 40 tahun Desa Sungai Lisai di Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, terisolasi. Lokasi desa yang berada di tengah-tengah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) menjadi ganjalan membangun desa berpenduduk 367 jiwa itu. Jarak Desa Sungai Lisai ke Desa Seblat Ulu yang merupakan desa terdekat, hanya 9,5 kilometer. Namun, jarak itu harus ditempuh warga Sungai Lisai sekitar tiga jam, dengan berjalan kaki menembus TNKS dan menyeberangi Sungai Seblat tanpa jembatan sebanyak dua kali. Kepala Desa Sungai Lisai Sadriaman (32), Senin mengatakan, kendala utama warga Sungai Lisai selama ini adalah infrastruktur jalan. Akses ke desa yang sulit membuat pembangunan di desa jauh dari optimal.

“Di desa kami tidak ada tenaga medis. Bidan desa juga tidak ada. Kalau ada warga yang sakit parah harus digotong menembus hutan dan menyeberangi sungai ke Puskesmas Ketenong atau ke rumah sakit di Muara Aman. Tahun lalu ada dua warga yang meninggal di jalan karena terlambat dibawa ke rumah sakit,” tutur Sadriaman, Kepala Desa Sungai Lisai.

Kondisi pendidikan, menurut Sadriaman, juga memprihatinkan. Murid sekolah dasar

Menganyam Rotan

(SD) di Dusun Air Putih harus belajar di bawah rumah panggung milik kepala desa karena tidak ada bangunan. Itu terpaksa dilakukan karena murid SD yang masih kecil tidak mungkin harus menempuh perjalanan satu jam berjalan kaki di tengah hutan. Mereka juga harus menyeberangi Sungai Seblat selebar 100 meter untuk mencapai Dusun Sungai Lisai, tempat bangunan SDN 05 Pinang Belapis berada. Kabag Hukum Pemkab Lebong Nirwan juga mengatakan, Desa Sungai Lisai, dari hasil pemetaan di tingkat pusat, masuk dalam Provinsi Bengkulu. Hanya saja, warga desa tersebut yang berasal dari Desa Muara Madras, tinggal memilih mau bergabung ke Bengkulu atau kembali ke tempat asal, yakni Jambi. Sekadar untuk diketahui, penduduk Desa Sungai Lisai mayoritas berasal dari Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat.

Kaya Bahan Baku Rotan

Saat ini di sana tercatat 86 KK atau 319 jiwa. Mereka yang telah menetap selama puluhan tahun awalnya tidak tahu telah bertempat tinggal dan bertani di wilayah Bengkulu. Baru setelah dilakukan pengukuran dan patok batas, warga menyadari telah bertempat tinggal di provinsi lain. Warga Merangin yang berada di desa itu mau tidak mau memilih bergabung dengan Provinsi Bengkulu atau direlokasi ke Jambi, meski pada waktu itu belum diketahui pasti di mana tempat tinggal mereka nanti. Persoalan pemindahan Desa Sungai Lisai Kabupaten Merangin Propinsi Jambi ke Kabupaten Lebong akhirnya selesai tanpa ada permasalahan. Kedua belah pihak telah sepakat, Desa Sungai Lisai yang masuk di Kecamatan Pinang belapis menjadi tanggung jawab penuh Kabupaten Lebong.

 

PKBM Desa Sungai Lisai

Sumber pendapatan penduduk selama ini adalah: Mencari burung (murai batu, kacer, Kapas tembak) dan pertanian kopi, kalau keluar dari sungai lisai ke sebelat ulu 4 jam jalan kaki, menuju kecamatan pinang belapis 1,5 jam dengan menggunakan motor trail. Hal ini disampiakan Faisal Midas Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sungai Lisai Desa kami adalah penghasil padi, kopi, kayu manis, dan nilam. Desa Sungai Lisai terdiri dari dua dusun yakni Sungai Lisai dan Air Putih. Untuk mencapai dusun Air Putih dari Dusun Sungai Lisai diperlukan waktu satu jam berjalan kaki dan menyeberangi Sungai Seblat sekali.

Pedagang dari kecamatan pinang belapis hanya bisa mencapai sebelat ulu

Diskusi Pada Pagi Hari.

berjarak sekitar 1,5 jam, yang biasa membawa sembako untuk keperluan warga sungai lisai, perdagangan masih dilakukan dengan dua cara, cash and cary uang tunai dan barter antar barang. Sungai lisai kaya dengan ikan, masyarakat setempat menyebutnya dengan ikan putih. Dan ikan ini juga merupakan komoditas perdagangan untuk dibawa keluar sungai lisai.

Ayaman rotan yang dalam bahasa masyarakat setempat disebut dengan (jalik) diproduksi oleh masyarakat dengan pola turun temurun, karena di dukung dengan ketersedian bahan baku. Jalik dibawa keluar sungai lisai untuk diperdagangkan di diberbagai tempat seperti di pasar muara aman dan sekitarnya. Jenis anyaman rotan yang sering diproduksi masyarakat sungai lisai meliputi: Jalik, Keranjang, peci dan berbagai model lain untuk keperluan rumah tangga.

Faisal Midas menambahkan “Kami menginginkan Desa ini semakin terbuka, desa ini kaya dengan rotan berdasarkan kondisi inilah, PKBM Sungai lisai menganggap penting melakukan pembaruan bentuk, pola, dan jenis bahan jadi ayaman rotan, sehingga lebih bernilai teknis, estetis dan ekonomis”. Jika program pelatihan ini bisa kami selenggarakan dengan bantuan Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, kami berncana: Hasil produksi akan dipasarkan melalui koperasi yang berada dipasar muara aman. Peserta didik kami adalah warga sungai lisai. Jenis pekerjaan ini tidak terkait dengan persoalan gender artinya boleh dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, sehingga peserta didik yang direkrut oleh PKBM tidak membedakan jenis kelamin dan tidak mengenal tingkatan usia, yang terpenting telah memahami dan menguasai pekerjaan/produksi.

Hidup dan Bersahabat dengan Alam

PKBM fokus kepada pembaharuan desain produk, pengorganisasian kelompok, dan merubah pola produksi dan indivudual menjadi komunal. Dinas pendidikan kota/kasi PNFI mengatakan siap memberikan pengawasan dan pembinaan termasuk pengawasan keuangan, pengorganisasian pelatihan. Pelaporan oleh PKBM Nantinya akan disampaikan secara berkala sesuai kebutuhan, diminta atau tidak oleh dinas pendidikan kabuipaten lebong.

 

Yang telah dilakukan oleh PKBM Sungai Lisai :

o Kesetaran Paket A dan B karena sarana dan prasarana pendidikan formal hanya satu-stunya yang tersedia, satuan pendidikan formal tingkat dasar, berpotensi tutup jika Sarana dan prasarana tidak dipenuhi dalam batas mencukupi dan segera.

o Pembangunan: kesulitan mobilisasi matrial. Harapan, pada masa mendatang masih dibutuhkan pengembangan program-program lain seperti manajemen pengelolaan dan hasil pertanian.

Terkait letak Desa Sungai Lisai yang berada dalam kawasan taman nasional Kerinci Seblat (TNKS), Rustam mengatakan akan mempertimbangkan terlebih dahulu akan letak desa tersebut, pihaknya juga akan berusaha membicarakan masalah ini pada pihak terkait bagaimana jalan keluarnya, kalau memang ada kemungkinan bisa dibuka akses jalan menuju Desa Sungai Lisai, maka akan dibuka akses jalan tersebut. Tapi kalau memang tidak bisa akan dicarikan solusi lainnya. “Kita lihat saja nanti, kita bicarakan dulu pada pihak terkait mengenai kondisi di lapangan. Kalau ada kemungkinan bisa dibuka akses jalan ke sana, kita akan buka tapi kalau tidak nanti kita cari jalan keluar lainnya,” jelasnya. Di akhir kunjungan, warga Sungai Lisai mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, serta berterimakasih atas kedatangan Saya di wilayah ini dan mengharapkan lebih banyak lagi perhatian dari instansi pemerintah lainnya….Irwan Putra

 

Kamis, 22 Juli 2011 Pagi Buta Bandara Soetta telah ramai oleh penumpang yang datang dan pergi, dari dan ke kota tujuan masing masing di seluruh wilayah Nusantara. Kali ini tujuan perjalanan adalah provinsi Bengkulu, wilayah pantai barat gugusan kepulauan sumatera tepat berhadapan dengan samudra indonesia. Perjalanan kali ini selain melaksanakan tugas peliputan, termasuk juga dalam bagian visitasi terhadap lembaga Paudni yang berencana melaksanakan program bantuan sosial di daerah khusus (PKH-DK) pada tahun 2011

Pesawat yang akan kami tumpangi adalah Sriwijaya Air yang berangkat langsung menuju Bengkulu pada pukul 08:50. Rencananya di pesawat mau tidur saja agar sesampainya di bengkulu cukup energi untuk meneruskan perjalanan menuju lokasi. Ternyata rencana tidak berjalan dengan mulus, berhubung kami satu tempat duduk dengan seorang pejabat dari kabupaten Rejang Lebong Provinsi Lampung. Adalah Bapak Zulkarnain Kepala Bapeda Kabupaten Rejang Lebong. Berikut dialog selama penerbangan menuju bengkulu antara Infokursus (IK) dan Bapak Zulkarnain (ZK)

ZK: Perjalanan dari mana mas, apakah berdomisili di Bengkulu, IK: Oh, tidak Pak, saya bertempat tinggal di Jakarta, kebetulan ada tugas ke Lampung. ZK: Tugas dari mana dan kemana sasarannya, IK: dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Ditjen PAUDNI Kemdiknas RI, kami berencana akan ke Desa Sungai Lisai , Kabupaten Lebong, disamping akan melihat lokasi secara langsung dan beramah-tamah dengan warga Sungai Lisai, kami juga akan melakukan liputan kondisi pendidikan masyarakat Sungai Lisai. Desa ini melalui sebuah PKBM berencana akan menyelenggarakan Pendidikan Kecakapan Hidup untuk Daerah Khusus (PKH-DK) dengan program keterampilan Anyaman Rotan.

ZK: Oh daerah itu jauh mas, jauh sekali. Saya kira daerah itu harus ditempuh dengan berjalan kaki dari desa sebelat ulu. Tadinya daerah itu masuk kabupaten Rejang Lebong, tapi kemudian berdiri sendiri menjadi Kabupaten Lebong, walapuan saya pernah bertugas di Lebong tapi saya belum pernah kesana.

Yeah, itu adalah percakapan yang mengawali perjalanan ke Desa Sungai Lisai kemarin, kami merasa momen ini menjadi penting karena daerah tujuan kali ini termasuk daerah yang sulit untuk ditembus, pada mulanya daerah ini dalam peta nasional, masuk kedalam wilayah pemerintahan kabupaten merangin provinsi Jambi, namun kemudian pada akhirnya berpindah tangan kewilayah pemerintahan provinsi bengkulu.


Mendarat di Bandara Fatmawati Bengkulu, Jasa Travel telah menunggu untuk mengantarkan kami menuju kecamatan Muara Aman kabupaten Lebong.
“Ya pak sekedar info bengkulu ke kabuaten lebong itu maksimal 5 jam pak, trus ke lokasi PKBM yang bapak maksudkan itu bermotor 1,5 jam pak trus nggak bisa lagi bermotor harus jalan kaki pak 4 jam pak sekedar gambaran pak memang ini daerah khusus ini pak ha..ha..ha..walaupun saya belum pernah kesana, tapi saya sering dengar dari masyarakat disekitar Muara Aman” Demikian penjelasan sopir jasa travel ini kepada infokursus

Desa Sungai Lisai

Warga :Menganyam Rotan

Disebutkan, Desa Sungai Lisai baru bergabung dengan Kabupaten Lebong akhir tahun 2008. Sebelumnya, desa yang terbentuk sejak tahun 1967 itu masuk ke dalam wilayah Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Mereka memutuskan bergabung dengan Lebong, karena jaraknya lebih dekat dibandingkan ke Merangin yang harus ditempuh dengan berjalan kaki selama dua hari.

Selama lebih dari 40 tahun Desa Sungai Lisai di Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, terisolasi. Lokasi desa yang berada di tengah-tengah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) menjadi ganjalan membangun desa berpenduduk 367 jiwa itu. Jarak Desa Sungai Lisai ke Desa Seblat Ulu yang merupakan desa terdekat, hanya 9,5 kilometer. Namun, jarak itu harus ditempuh warga Sungai Lisai sekitar tiga jam, dengan berjalan kaki menembus TNKS dan menyeberangi Sungai Seblat tanpa jembatan sebanyak dua kali. Kepala Desa Sungai Lisai Sadriaman (32), Senin mengatakan, kendala utama warga Sungai Lisai selama ini adalah infrastruktur jalan. Akses ke desa yang sulit membuat pembangunan di desa jauh dari optimal.

“Di desa kami tidak ada tenaga medis. Bidan desa juga tidak ada. Kalau ada warga yang sakit parah harus digotong menembus hutan dan menyeberangi sungai ke Puskesmas Ketenong atau ke rumah sakit di Muara Aman. Tahun lalu ada dua warga yang meninggal di jalan karena terlambat dibawa ke rumah sakit,” tutur Sadriaman, Kepala Desa Sungai Lisai.

Gedung Sekolah: Lokasi PKBM

Kondisi pendidikan, menurut Sadriaman, juga memprihatinkan. Murid sekolah dasar (SD) di Dusun Air Putih harus belajar di bawah rumah panggung milik kepala desa karena tidak ada bangunan. Itu terpaksa dilakukan karena murid SD yang masih kecil tidak mungkin harus menempuh perjalanan satu jam berjalan kaki di tengah hutan. Mereka juga harus menyeberangi Sungai Seblat selebar 100 meter untuk mencapai Dusun Sungai Lisai, tempat bangunan SDN 05 Pinang Belapis berada.

Kabag Hukum Pemkab Lebong Nirwan juga mengatakan, Desa Sungai Lisai, dari hasil pemetaan di tingkat pusat, masuk dalam Provinsi Bengkulu. Hanya saja, warga desa tersebut yang berasal dari Desa Muara Madras, tinggal memilih mau bergabung ke Bengkulu atau kembali ke tempat asal, yakni Jambi. Sekadar untuk diketahui, penduduk Desa Sungai Lisai mayoritas berasal dari Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat.

Saat ini di sana tercatat 86 KK atau 319 jiwa. Mereka yang telah menetap selama puluhan tahun awalnya tidak tahu telah bertempat tinggal dan bertani di wilayah Bengkulu. Baru setelah dilakukan pengukuran dan patok batas, warga menyadari telah bertempat tinggal di provinsi lain. Warga Merangin yang berada di desa itu mau tidak mau memilih bergabung dengan Provinsi Bengkulu atau direlokasi ke Jambi, meski pada waktu itu belum diketahui pasti di mana tempat tinggal mereka nanti. Persoalan pemindahan Desa Sungai Lisai Kabupaten Merangin Propinsi Jambi ke Kabupaten Lebong akhirnya selesai tanpa ada permasalahan. Kedua belah pihak telah sepakat, Desa Sungai Lisai yang masuk di Kecamatan Pinang belapis menjadi tanggung jawab penuh Kabupaten Lebong.

PKBM Desa Sungai Lisai

Sekretariat PKMB Sungai Lisai

Sumber pendapatan penduduk selama ini adalah: Mencari burung (murai batu, kacer, Kapas tembak) dan pertanian kopi, kalau keluar dari sungai lisai ke sebelat ulu 4 jam jalan kaki, menuju kecamatan pinang belapis 1,5 jam dengan menggunakan motor trail. Hal ini disampiakan Faisal Midas Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sungai Lisai Desa kami adalah penghasil padi, kopi, kayu manis, dan nilam. Desa Sungai Lisai terdiri dari dua dusun yakni Sungai Lisai dan Air Putih. Untuk mencapai dusun Air Putih dari Dusun Sungai Lisai diperlukan waktu satu jam berjalan kaki dan menyeberangi Sungai Seblat sekali.

Ruang Belajar PKBM Sungai Lisai

Pedagang dari kecamatan pinang belapis hanya bisa mencapai sebelat ulu berjarak sekitar 1,5 jam, yang biasa membawa sembako untuk keperluan warga sungai lisai, perdagangan masih dilakukan dengan dua cara, cash and cary uang tunai dan barter antar barang. Sungai lisai kaya dengan ikan, masyarakat setempat menyebutnya dengan ikan putih. Dan ikan ini juga merupakan komoditas perdagangan untuk dibawa keluar sungai lisai.

Ayaman rotan yang dalam bahasa masyarakat setempat disebut dengan (jalik) diproduksi oleh masyarakat dengan pola turun temurun, karena di dukung dengan ketersedian bahan baku. Jalik dibawa keluar sungai lisai untuk diperdagangkan di diberbagai tempat seperti di pasar muara aman dan sekitarnya. Jenis anyaman rotan yang sering diproduksi masyarakat sungai lisai meliputi: Jalik, Keranjang, peci dan berbagai model lain untuk keperluan rumah tangga.

Warga Desa Sungai Lisai

Faisal Midas menambahkan “Kami menginginkan Desa ini semakin terbuka, desa ini kaya dengan rotan berdasarkan kondisi inilah, PKBM Sungai lisai menganggap penting melakukan pembaruan bentuk, pola, dan jenis bahan jadi ayaman rotan, sehingga lebih bernilai teknis, estetis dan ekonomis”. Jika program pelatihan ini bisa kami selenggarakan dengan bantuan Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, kami berncana: Hasil produksi akan dipasarkan melalui koperasi yang berada dipasar muara aman. Peserta didik kami adalah warga sungai lisai. Jenis pekerjaan ini tidak terkait dengan persoalan gender artinya boleh dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, sehingga peserta didik yang direkrut oleh PKBM tidak membedakan jenis kelamin dan tidak mengenal tingkatan usia, yang terpenting telah memahami dan menguasai pekerjaan/produksi.

PKBM fokus kepada pembaharuan desain produk, pengorganisasian kelompok, dan merubah pola produksi dan indivudual menjadi komunal. Dinas pendidikan kota/kasi PNFI mengatakan siap memberikan pengawasan dan pembinaan termasuk pengawasan keuangan, pengorganisasian pelatihan. Pelaporan oleh PKBM Nantinya akan disampaikan secara berkala sesuai kebutuhan, diminta atau tidak oleh dinas pendidikan kabuipaten lebong.

Yang telah dilakukan oleh PKBM Sungai Lisai :

o Kesetaran Paket A dan B karena sarana dan prasarana pendidikan formal hanya satu-stunya yang tersedia, satuan pendidikan formal tingkat dasar, berpotensi tutup jika Sarana dan prasarana tidak dipenuhi dalam batas mencukupi dan segera.

o Pembangunan: kesulitan mobilisasi matrial. Harapan, pada masa mendatang masih dibutuhkan pengembangan program-program lain seperti manajemen pengelolaan dan hasil pertanian.

Ayaman Rotan

Terkait letak Desa Sungai Lisai yang berada dalam kawasan taman nasional Kerinci Seblat (TNKS), Rustam mengatakan akan mempertimbangkan terlebih dahulu akan letak desa tersebut, pihaknya juga akan berusaha membicarakan masalah ini pada pihak terkait bagaimana jalan keluarnya, kalau memang ada kemungkinan bisa dibuka akses jalan menuju Desa Sungai Lisai, maka akan dibuka akses jalan tersebut. Tapi kalau memang tidak bisa akan dicarikan solusi lainnya. “Kita lihat saja nanti, kita bicarakan dulu pada pihak terkait mengenai kondisi di lapangan. Kalau ada kemungkinan bisa dibuka akses jalan ke sana, kita akan buka tapi kalau tidak nanti kita cari jalan keluar lainnya,” jelasnya. Di akhir kunjungan, warga Sungai Lisai mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Buletin Infokursus dan mengharapkan lebih banyak lagi perhatian dari instansi pemerintah lainnya….Irwan Putra

Kategori:General
  1. Februari 14, 2012 pukul 2:57 am

    keliling iddonesia saja rasanya pasti seru ya dan ngga habis2

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar